Kamis, 19 September 2013

Resensi Buku - GATHOLOCO: Rahasia Ilmu Sejati dan Asmaragama

Karya Sastra Kontroversial Pengujung Abad Ke-19 

Penerjemah Serat Gatholoco kemudian dijadikan buku berjudul Gatholoco: Rahasia Ilmu Sejati dan Asmaragama ini, Damar Shashangka, lahir di Malang pada tanggal 8 April 1980. Kelahirannya di keluarga Kejawen membuatnya sangat tertarik kepada mistisisme dan spiritualitas semenjak kecil. Saat masih berumur belasan tahun, ia memperoleh sebuah visi bahwa suatu saat dirinya bakal menulis banyak buku tentang sejarah Nusantara. Ia telah menulis novel berseri Sabda Palon dan Wali Sanga, yang berkisah tentang kehancuran Majapahit dan berkuasanya Islam di Nusantara. Karya-karyanya selalu menjadi referensi berbobot tentang sejarah Nusantara berikut ajaran-ajaran kunonya. Selain Gatholoco, yang saat ini berada di tangan Anda, ia pun telah menerjemahkan dan mengulas naskah kuno Darmagandhul. Anak muda yang fasih berbicara dan menulis tentang spiritualitas Islam, Kejawen, dan Siwa Buddha ini bisa dihubungi secara personal melalui Facebook Fans Page: DAMAR SHASHANGKA.

Gatholoco adalah lambang Lelaki Sejati, ia yang mampu memahami proses penciptaan manusia melalui Lingga dan Yoni, yang menjadi penyebab turunnya ruh ke bumi. Lelaki Sejati adalah ia yang sanggup mengendalikan segala anasir di dalam tubuhnya. Buku ini menceritakan kembara Gatholoco menaklukkan lima wanita yang merepresentasikan unsur-unsur halus di dalam manusia: Retna Dewi Lupitwati (yoni/kundalini), Mlenuk Gembuk (memori), Dudul Mendut (kesadaran), Rara Bawuk (emosi), dan Dewi Bleweh (pikiran). Seolah berbicara pada diri sendiri, Gatholoco kemudian membabar rahasia ilmu sejati dan ketuhanan dengan bahasa yang memukau dan sarat makna.

Dengan lugas dia mengulasnya melalui bahasa tiga tradisi spiritual yang berkembang di Nusantara: Tasawuf Islam, Siwa Buddha, dan Kejawen. Dan pada bagian akhir buku setebal 400 halaman ini, dia menyarikan ajaran Aji Asmaragama dari beragam kitab kuno, yaitu pengetahuan olah asmara. Anda tentu penasaran ingin mengetahuinya? Tentu, karena buku ini sungguh jelas menyampaikannya dari mulai A sampai Z, bahkan metode untuk memperoleh keturunan sesuai yang diharapkan pun tersaji.

Menilik dari bahasa yang digunakan penulis Serat Gatholoco, karya sastra kontroversial ini lahir di pengujung abad ke-19, ketika Sastra Jawa Baru begitu marak serta mencapai kejayaannya. Membicarakan Sastra Jawa Baru, mau tidak mau harus berpaling pada seorang pujangga besar pada saat itu, Raden Ngabehi Ranggawarsita (15 Maret 1802 – 24 Desember 1873), sehingga ada anggapan bahwa serat tersebut ditulis olehnya. Tak pelak, kehadiran Serat Gatholoco sangat mengguncang tatanan mainstream yang mencekam kuat masyarakat Jawa kala itu. Selain penuh kritik pedas, sarkasme, dan pemikiran yang berani, dasar-dasar Filsafat Lingga Yoni, yang nyaris sirna di ranah publik Jawa, dimunculkan kembali olehnya. Bagaimana dengan Anda, sidang pembaca, yang hidup di zaman Reformasi ini. Akankah buku terjemahan ini juga bisa mengguncang cara pikir Anda? Selamat membaca!

Judul : GATHOLOCO: Rahasia Ilmu Sejati dan Asmaragama
ISBN : 978-979-17998-9-8
Penulis : Damar Shashangka
Penerbit : Penerbit Dolphin
Cetakan : 2013
Tebal : 400 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14 x 21 cm
Kategori : Filsafat

Suro Prapanca
Bandung, 8 September 2013 

Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 22 September 2013

Minggu, 15 September 2013

Resensi Buku - POLITIK HURU HARA MEI 1998

Siapa Dalang Tragedi Mei 1998? 

Huru-hara Mei 1998 yang diawali Insiden Trisakti pada 12 Mei 1998 adalah peristiwa bersejarah yang telah membawa Indonesia pada babak baru perjalanan bangsa. Rezim Soeharto yang telah berkuasa lebih dari tiga dasawarsa akhirnya jatuh. Peristiwa ini tak dapat dipisahkan dari rangkaian krisis moneter yang telah berlangsung sejak Juli 1997 dimulai di Thailand dan menyebar ke beberapa negara lain di Asia, termasuk Indonesia. Krisis moneter yang salah penanganan dan misdiagnosa dari pemerintah atas tekanan lembaga moneter internasional, International Monetary Fund (IMF), krisis moneter Indonesia berkembang menjadi krisis ekonomi dan akhirnya melahirkan krisis politik. Hanya dalam waktu dua bulan setelah disumpah menjadi presiden untuk ketujuh kalinya, Soeharto akhirnya mengundurkan diri dan jabatan presiden secara konstitusional jatuh ke tangan Wakil Presiden BJ Habiebie.

Tragedi Mei 1998 kurang lebih sudah 15 tahun berlalu, namun masih banyak pihak yang belum mengetahui secara jelas peristiwa huru-hara itu. Apalagi, generasi muda yang mungkin jauh dari kejadian tersebut. Dengan mengetahui secara lebih utuh rentetan peristiwa kerusuhan terbesar di Indonesia itu, mungkin kita akan lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi dan mengetahui akar masalah yang menyebabkan peristiwa itu terjadi, siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab, siapa yang menjadi korban, dan siapa kambing hitamnya. Atas dasar itulah, buku Politik Huru Hara Mei 1998 ini kembali diterbitkan. Sejak diluncurkan pertama kali pada 23 April 2004 buku ini telah mendapatkan tanggapan yang cukup luas. Dan kini, telah memasuki cetakan XI.

Dari pengantar penerbitan yang ditulis dalam buku setebal 186 halaman ini, sepertinya memang dimaksudkan untuk mengomentari dan menanggapi terbitnya buku yang ditulis Jenderal Wiranto: Dari Catatan Wiranto: Bersaksi di Tengah Badai yang diterbitkan oleh Institute for Democracy of Indonesia pada April 2003. Yang banyak bercerita tentang peristiwa sekitar Mei 1998 dan banyak menyinggung soal rivalitas Wiranto dan Prabowo.

Buku karya Fadli Zon yang merupakan salah seorang saksi mata dan berada di tengah putaran ketika tragedi Mei 1998, yang tidak ingin peristiwa bersejarah itu dijadikan propaganda pribadi. Dia ingin, sepahit apa pun, sejarah memang harus diketahui rakyat Indonesia, utamanya bagi generasi muda penerus kepemimpinan. Politik Huru Hara Mei 1998 yang sudah dicetak sampai ke cetakan XI ini sepertinya menjadi pembanding dan juga bisa menjadi bahan pengembangan diskusi-diskusi yang lebih terbuka dan jujur tentang insiden Trisakti, Huru-hara Mei 1998, dan bagaimana rivalitas Wiranto dan Prabowo?

Tidak bisa dimungkiri bahwa Peristiwa Mei 1998 yang diikuti mundurnya Presiden Soeharto merupakan titik tolak perubahan sebuah era. Indonesia memasuki era baru: reformasi. Sebagian besar tokoh pelaku dan saksi sejarah yang berdiri dalam pusaran peristiwa itu, masih ada hingga kini. Sehingga, mendudukkan diskursus ini merupakan sesuatu yang penting bagi kebenaran sejarah peristiwa tersebut.

Judul : POLITIK HURU HARA MEI 1998
Penulis : Fadli Zon
Diterbitkan : Fadli Zon Library
Cetakan XI : Mei 2013
Tebal : 186 halaman
ISBN : 978-602-7898-02-8
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 15,5 x 24 cm

(Suro Prapanca)
Bandung, 10 September 2013 

Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 15 September 2013

Resensi Buku - PASANG NAIK KULIT BERWARNA

Bangkitnya Bangsa-bangsa Kulit Berwarna 

Pasang Naik Kulit Berwarna adalah terjemahan dari buku The Rising Tide of Color karya Lothrop Stoddard, buku yang sangat terkenal di dunia pada saat itu, terutama di dunia Barat, diterbitkan pada tahun 1920. Kemudian, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia empat puluh tahun lebih setelah itu, di tahun 1966. Tahun bergelora dan bangkitnya bangsa-bangsa kulit berwarna, baik bangsa Arab, Melayu, Hindu, maupun bangsa Tionghoa, semuanya bergerak dan bangkit, diibaratkan seperti mengalami rising tide atau pasang naik.

Penerbitan buku ini adalah prakarsa Presiden RI pertama Ir Soekarno, yang memerintahkan kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan pada saat itu, HM Muljadi Jojomartono, untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa nasional, Bahasa Indonesia, mengingat pentingnya buku itu di saat masa-masa revolusi.


Demikian besar perhatian Presiden Soekarno terhadap isi buku tersebut, hingga banyak dari pidato-pidato beliau yang mengutip serta mengungkapkan isi karangan penulis terkenal dan tajam itu. Akan tetapi, karena nama Indonesia dalam buku tersebut hanya disebut setara cangkingan (sedikit) saja, kemudian Presiden Soekarno meminta panitia penerbitan buku ini untuk menambah bab khusus yang membicarakan mengenai ‘Pasang Naik Gerakan Nasional di Indonesia’.

Karena itulah, di tahun 2013 ini, Museum Konferensi Asia-Afrika didukung Kementerian Luar Negeri RI menerbitkan kembali buku ini. Tentu saja, setelah penulisannya diubah sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan supaya generasi sekarang ini mudah mencerna isinya. Dan sidang pembaca bisa menelaahnya secara kritis dan tajam, mengambil yang berfaedah dan membuang apa yang tidak berguna.

Buku ini menjadi penting, sebagai satu pengetahuan untuk menjaga kesadaran berbangsa dilihat dari sudut pandang pergulatan bangsa-bangsa dalam kurun waktu tertentu dalam perjalanan sejarah dunia. Dari buku ini, kesadaran manusia yang berasal dari pelbagai bangsa muncul, bahwa manusia dilahirkan untuk saling mengenal, memahami, dan bertoleransi satu sama lain. Semangat yang sesuai dengan isi Dasasila Bandung yang lahir dari Konferensi Asia-Afrika 1955. Menyimak dan menikmati karya terjemahan ini memang mesti kritis dan tajam karena perubahan dari ejaan lama disesuaikan dengan EYD. Pun, gaya selingkung penulisan tidak banyak berubah karena ingin mempertahankan gaya bahasa pada zamannya.

Sidang pembaca, generasi penerus bangsa, barangkali bisa mengecamkan apa yang dikehendaki oleh Presiden RI pertama Ir Soekarno, “Buku ini dipersembahkan kepada bangsa Indonesia, untuk dimengerti isinya dan kemudian menginsyafi serta lebih menyadari dirinya sebagai bangsa yang terhormat. Untuk melaksanakan amanat penderitaan rakyat. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit putih terhadap yang berkulit hitam, demikian pula tidak ada kelebihan orang yang berkulit hitam terhadap yang berkulit putih, melainkan karena takwanya.”

Judul : PASANG NAIK KULIT BERWARNA
Penulis : Lothrop Stoddard
Diterbitkan : Museum KAA & Kemenlu RI
Cetakan 2 : 2013
Tebal : 296 halaman
ISBN : 978-602-99064-0-0
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13,5 x 20 cm
(Suro Prapanca)
Bandung, 6 September 2013

Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 8 September 2013

Kamis, 05 September 2013

Resensi Buku - MUHAMMAD: Prophet for Our Time

Tarikh Muhammad versi Karen Armstrong 

Karen Armstrong adalah penulis yang telah menghasilkan karya-karya gemilang tentang berbagai tradisi agama. Dalam setiap tulisannya, dia menampakkan kepiawaiannya menampilkan kajian yang rumit menjadi bahasan yang memikat dan mudah dimengerti. Penulis yang bermukim di Inggris itu kini menampilkan biografi Nabi Muhammad yang tentunya membawakan tafsiran yang baru dan mengejutkan yang selalu menjadi kekhasannya. Beberapa buku keagamaan yang terkenal dari hasil kepenulisannya antara lain: Sejarah Tuhan, Berperang demi Tuhan, Masa Depan Tuhan, dan Compassion. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam empat puluh bahasa di seluruh dunia.

Biografi Nabi Muhammad ini dibukukan dengan judul Muhammad: Prophet for Our Time, ditulis Karen pertama kali sebagai respons terhadap fatwa Ayatullah Khomeini terhadap Salman Rushdie yang menulis buku kontroversial, Ayat-Ayat Setan (Anda dapat membaca kisah ini versi Karen Armstrong pada halaman 88-91). Hingga saat itu, kebanyakan literatur Barat menggambarkan Muhammad entah sebagai orang suci yang sempurna atau sebagai penipu ulung. Armstrong berdiri di tengahnya: Muhammad ditampilkannya sebagai seorang luar biasa berbakat, pemberani, dan kompleks. Diperlihatkannya pula betapa karakter dan ide-ide Nabi demikian kuat untuk mengubah sejarah secara drastis dan menarik jutaan pengikut.

Dengan mahir Karen menjalinkan di dalam narasinya jejak-jejak awal sejarah panjang permusuhan Barat terhadap Islam. Ditulis dengan riset yang kuat dan berdasarkan sumber-sumber yang berimbang, penggambaran Karen Armstrong tentang Nabi dengan latar kehadirannya tentu dapat pula mencerahkan pembaca dengan pemahaman baru tentang kejadian-kejadian modern di kancah politik internasional.

“Biografi yang hidup dan terperinci ini menghapuskan distorsi dan mitos yang sudah berlangsung berabad-abad dan menyampaikan pandangan seimbang tentang manusia yang agamanya terus-menerus secara dramatis memengaruhi jalannya sejarah.” – Komentar penerbit untuk buku pertama, Muhammad: A Biography of the Prophet. Dalam buku yang Anda baca sekarang ini, Karen juga ingin menampilkan Muhammad sebagai sosok paradigmatik yang datang kepada “dunia yang penuh cacat”.

Sebagai penyampai naratif besar, Karen tidak lepas dari latar belakang sebagai biarawati dan doktor dalam kesusastraan Inggris, penyampaiannya dalam buku ini dirancang untuk menarik para pembaca sasarannya, orang-orang Barat. Tentu penyampaiannya sangat berbeda dibandingkan penuturan yang disampaikan oleh para penulis tarikh yang Muslim.

Akhirnya, seperti ajakan Jalaluddin Rakhmat dalam pengantar buku karya Karen yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini. Karya ini patut mendapat apresiasi juga menyambut ajakan Karen Armstrong dengan membangun kembali naratif besar Muhammad dalam sosoknya yang penuh kemuliaan, kesucian, dan keteladanan. Untuk apa? Untuk mengorganisasikan kembali keberagaman kita yang centang perenang. Sekali lagi, untuk membangun cerita, kisah, atau dongeng secara ilmiah (naratif). Tanpa cerita, hidup kita karut-marut. Dengan cerita, kita menyusun dan menghimpun pernak-pernik hidup yang berserakan.

Judul : MUHAMMAD: Prophet for Our Time
ISBN : 978-979-433-781-3
Karya : Karen Armstrong
Penerjemah : Yuliani Liputo
Diterbitkan : Penerbit Mizan, PT Mizan Pustaka
Cetakan I : Juni 2013
Tebal : 268 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 15,5 x 23,5 cm
Kategori : Sejarah Agama

Bandung, 15 Juli 2013
Suro Prapanca
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 1 September 2013