Minggu, 23 Juni 2013

Resensi Buku - HADIAH DARI SANG GURU

Lakukan dan Kerjakan, Allah yang Menyempurnakan 

Langkah boleh salah, tapi niat tidak boleh salah. Allah akan menunjukkan jalan buat kita,” demikian nasihat guru sang penulis, yang tak lain adalah Ustaz Yusuf Mansur, yang senantiasa memberi motivasi untuk tidak takut memulai berbuat kebaikan. “Lakukanlah dan kerjakan. Allah akan menyempurnakannya!” Ikhtiar penulis menyusun buku ini tak lepas dari kesyukuran atas “Hadiah dari Sang Guru”. Hadiah bukan dalam arti materi, tapi amanah, kepercayaan, ilmu, dan pengetahuan yang diturunkan oleh sang guru.

Karena itu, buku ini diberi judul Hadiah dari Sang Guru. Ukurannya praktis (tidak besar) dan nyaman dibaca pula (di mana saja). Buku ini adalah buku kedua karya Tarmizi Ashidiq yang bertutur dari kisah-kisah ringan dan apa adanya. Sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Daarul Qur’an, Tarmizi adalah mesin yang membuat Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an melesat amat cepat. Kemudian menebar gerakan Rumah Tahfidz yang kini jadi gerakan penghafal Alquran terluas di Indonesia. Tiga tahun terakhir, budaya menghafal Alquran tak lagi jadi hal aneh di Indonesia. Bahkan, jutaan orang tua telah mendorong dan memilihkan jalan hidup putra-putrinya sebagai penghafal Alquran.

Isi buku ini memang cerita ringan-ringan saja, tapi jangan dulu sepelekan urusan yang ringan-ringan. Karena, seperti yang dikisahkan dalam berbagai kitab hadis, gara-gara urusan yang sepele Allah memberi ganjaran pada orang yang melakukannya dengan surga. Seperti, sebuah hadis yang mengisahkan seorang pelacur yang diberi ganjaran surga karena telah menimba air dengan sepatunya untuk memberi minum seekor anjing yang kehausan di padang pasir.

Begitu juga sebaliknya, kita juga tidak boleh menyepelekan soal-soal yang ringan. Karena, “Dosa Besar,” kata Sayyidina Ali ra, “adalah dosa kecil yang disepelekan.” Seperti, kisah perempuan masuk neraka lantaran mengurung seekor kucing hingga mati kelaparan atau bagaimana orang masuk neraka gara-gara membunuh lalat atas nama selain Allah.

Hikmah dari kisah-kisah ringan yang disajikan Tarmizi dalam buku ini tidak lain adalah kedahsyatan sedekah. Baik kisah yang dialaminya sendiri, keluarganya, sahabatnya, maupun orang lain. Bahkan, royalti buku ini pun sepenuhnya disedekahkan sang penulis untuk mendukung Program Dakwah Pedalaman Nusantara, sebagaimana yang pernah disarankan kepadanya untuk mengikuti jejak sang guru.

Banyak sudah buku inspiratif yang sebagian kisahnya realita dibumbui cerita agak dramatis. Namun jika pembaca terinspirasi setelah membaca buku ini, tak lain karena penulis bertutur apa adanya. Jadi, ayo mulailah berbuat sedekah (kebaikan) sekarang juga. “Lakukanlah dan kerjakan. Hakulyakin Allah akan menyempurnakannya!”

Judul : HADIAH DARI SANG GURU: Mengeja Hikmah dari Berkah Hidup Bersama Guru
ISBN : 978-979-055-386-6
Penulis : Tarmizi Ashidiq
Editor : Rina Rianasari
Penerbit : Syaamil Book
Cetakan : Januari 2013
Tebal : 140 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 15 x 15 cm
Kategori : Hikmah/Inspiratif

Bandung, 14 Juni 2013
Suro Prapanca
Dimuat juga pada harian INILAHKORAN, Minggu 16 Juni 2013

Resensi Buku - NALAR AYAT-AYAT SEMESTA

Ayat-Ayat Semesta Menjadi Kebangkitan Sains Islam 

Bila mendengar kata ‘sains’ dan ‘agama’ (dalam hal ini Islam), mungkin sampai sekarang banyak orang yang menggambarkan betapa serunya sejarah hubungan di antara keduanya. Dalam catatan sejarah, perjumpaan agama dengan sains tidak hanya berupa pertentangan belaka, tetapi juga banyak cerita bagaimana orang berusaha mencari hubungan antara keduanya. Yaitu hubungan pada posisi, sains tidak mengarahkan agama pada jalan yang dikehendakinya dan agama juga tidak memaksakan sains untuk tunduk pada kehendaknya.

Di sini, dalam buku Nalar Ayat-Ayat Semesta terlebih dahulu sang penulis menguraikan tentang tiga pola interaksi antara sains dan Islam, yaitu Islamisasi Sains, Saintifikasi Islam, dan Sains Islam: pengertian, perbedaan, dan persamaannya. Menurut penulis, Islamisasi Sains telah banyak dilakukan, baik oleh perorangan maupun lembaga. Seperti yang dilakukan Fakultas Sains dan Teknologi semua Universitas Islam Negeri (UIN) di seluruh Indonesia, mereka melakukan upaya Islamisasi Sains dalam mengintegrasi sains dan Islam.


Bagaimana dengan Sains Islam? Sejauh ini wacana yang mendominasi Sains Islam berada di ranah ilmu sosial, seperti ekonomi, psikologi, maupun politik. Di sinilah, Agus Purwanto, sang penulis Nalar Ayat-Ayat Semesta, memberikan argumentasi bahwa Sains Islam juga berlaku bagi ilmu alam. Dia menyampaikan secara mendetail dalam buku yang kedua ini (buku pertamanya berjudul: Ayat-Ayat Semesta, Mei 2008) khususnya dengan mempertimbangkan 800 ayat dalam Al-Quran yang secara deskriptif menerangkan tentang fenomena alam atau disebut dengan ayat-ayat kauniyah.

Dalam Al-Quran, jumlah ayat-ayat kauniyah sangatlah banyak, tetapi sering kali terabaikan dari perhatian umat Muslim. Padahal ayat-ayat kauniyah itu perlu, untuk menggugah kesadaran mengenai pentingnya penguasaan ilmu dan teknologi bagi kesejahteraan manusia di muka bumi, selain untuk merenungkan penciptaan Tuhan.

Melanjutkan buku pertamanya itulah, sang penulis –yang juga seorang doktor fisika teoretis dan pengkaji serius Al-Quran— mengajak umat Muslim untuk senantiasa merenungkan ayat-ayat kauniyah yang terdapat di dalam Al-Quran demi tumbuhnya kecintaan pada sains sekaligus pada bahasa Arab dan Al-Quran, serta sebaliknya cinta pada Al-Quran sekaligus sains.

Pada akhirnya, ajakan sang penulis yang dituangkan dalam buku ini menjadi harapan besar. Harapan untuk membangun Sains Islam, karena umat Islam telah sekian lama mengabaikan dan tidak mempunyai tradisi mengembangkan ilmu alam atau membangun sains secara umum, tidak hanya wacana Sains Islam di ranah ilmu sosial.

Nalar Ayat-Ayat Semesta (AAS), penyebutan ini diharapkan memberi efek psikologis bahwa Al-Quran merupakan basis epistemologi dalam konstruksi Sains Islam. Dalam artian, wahyu menjadi bagian dari dasar-dasar pengetahuan, baik yang berhubungan dengan hakikat hidup (ontologi) maupun kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia (aksiologi). Jadi, Al-Quran tidak lagi dipahami sekadar katalog atau daftar fasilitas hidup setelah mati maupun setelah Hari Kebangkitan di Padang Mahsyar, melainkan dipahami secara lebih lengkap dan terpadu. Semoga!

Judul : NALAR AYAT-AYAT SEMESTA
Menjadikan Al-Quran sebagai Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan
ISBN : 978-979-433-730-1
Karya : Agus Purwanto, D.Sc.
Diterbitkan : Penerbit Mizan, PT Mizan Pustaka
Cetakan I : Agustus 2012
Tebal : 480 halaman
Jenis Cover : Hard Cover
Dimensi : 19 x 24,5 cm
Kategori : Al-Quran/Sains

Bandung, 7 Juni 2013
Suro Prapanca
Dimuat juga pada harian INILAHKORAN, Minggu 9 Juni 2013

Resensi Buku - THE GREAT HUNT: SANG PENIUP SANGKAKALA

The Great Hunt, Kisah Fantasi yang Disangka Nyata 


The Great Hunt, novel karya penulis Amerika Robert Jordan, ini merupakan sambungan/sequel dari novel sebelumnya, Eye of the World, yang merupakan kesatuan dari cerita fantasi Wheel of Time. Dalam penerbitannya, The Great Hunt dibagi menjadi dua buku, yaitu The Hunt Begins (diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia berjudul Perburuan Sangkakala) dan buku kedua dengan judul Threads in the Pattern (Sang Peniup Sangkakala). Dalam penuturannya, Jordan menceritakan The Great Hunt dalam sebuah prolog dan 50 chapters.

Awal cerita fantasi The Great Hunt sendiri adalah perjalanan pemuda bernama Rand al’Thor, Mat Cauthon, dan Perrin Aybara yang bergabung dalam prajurit Shienaran, salah satu negara Tanah Perbatasan, yang harus mendapatkan kembali Sangkakala Valere. Di saat yang sama, Egwene al’Vere, Nynaeve al’Meare, dan Elayne Trakand harus ke Menara Putih, Istana Takhta Amyrlin, di Tar Valon untuk mempelajari jalan menjadi Aes Sedai.

Pada buku ketiga dari Wheel of Time, berjudul The Great Hunt: Sang Peniup Sangkakala, ini Penerbit Mizan mencetaknya dengan ketebalan 416 halaman, diceritakan bahwa menghilangnya Sangkakala Valere dari Benteng Fal Dara menyadarkan semua orang betapa Kegelapan menyusupkan mata-matanya hingga jauh ke kalangan mereka. Bahkan, ada kemungkinan Tar Valon pun disusupi Kawan Kegelapan.

Kejadian ini membuat Takhta Amyrlin dan Moraine memutuskan untuk meluncurkan Perburuan Sangkakala. Sangkakala Valere harus mereka dapatkan apa pun risikonya, karena takdir sang Naga terkait erat dengan seruan Sangkakala tersebut.

Moraine, Rand, Perrin, dan Mat memburu Padan Fain yang melarikan Sangkakala, ditemani oleh sepasukan prajurit Shienaran. Tetapi di tengah jalan, Rand terpisah dari mereka. Tanpa sadar kekuatan Saidar membawanya ke sebuh dunia lain, dimensi lain tempat salah seorang dari Kaum Terbuang menunggunya.

Sementara itu, Egwene dan Nynaeve dijebak oleh Ajah Hitam Kawan Kegelapan untuk menjadi bukan kaum Seanchan. Kaum dari sisi samudra yang memperbudak perempuan yang menggunakan Daya Tunggal.

Akankah pintalan Roda Takdir menyelamatkan mereka dari sang Kegelapan yang terus menebarkan jaringnya? Rand dihadapkan dalam pilihan yang sulit, menyelamatkan Egwene atau memburu Sangkakala Valere, sementara pintalan Takdir kian menyeretnya dalam pusaran pertempuran antara Kegelapan dan Cahaya.

Anda --pembaca yang beruntung bisa mendapatkan novel versi bahasa Indonesia ini-- tidak usah khawatir. Untuk memahami istilah-istilah dan tempat-tempat yang terdengar asing di telinga, akan sangat terbantu dalam menikmati cerita ini dengan adanya peta dan glosarium dalam dunia fantasi novel ini.

Judul : THE GREAT HUNT: SANG PENIUP SANGKAKALA
Diterjemahkan dari : The Great Hunt
ISBN : 978-979-433-759-2
Karya : Robert Jordan
Penerjemah : Femmy Syahrani dan Dina Begum
Diterbitkan : Penerbit Mizan, PT Mizan Pustaka
Cetakan I : Februari 2013
Tebal : 416 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 15,5 x 23,5 cm
Kategori : Novel

Bandung, 30 Mei 2013
Suro Prapanca

Dimuat juga pada INILAHKORAN, Minggu 2 Juni 2013