“Nilai manusia, bukan bagaimana dia mati, melainkan bagaimana dia hidup. Bukan apa yang telah dia peroleh, melainkan apa yang telah dia berikan. Bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah dia perbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya, (Ministry).” Anda, sidang pembaca, akan menemukan dan menangkap makna dari pernyataan tersebut dalam buku yang dipersembahkan oleh Penerbit Mitra Edukasi ini. Tidak hanya itu, artikel demi artikel dalam buku yang diberi judul Guru Juga Manusia oleh penulisnya, terangkum dengan bahasan-bahasan yang cerdas, diolah dalam bahasa yang lincah, berbunga-bunga, kadang jenaka, tapi syarat dengan makna.
Sebenarnya, telah menjadi kesadaran bersama, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak diragukan lagi bahwa guru menempati posisi yang sangat strategis dalam seluruh upaya pengembangan sumber daya manusia. Melalui buku ini, akan sedikit banyak diperoleh pencerahan tentang pendidikan, pelatihan, dan perjuangan guru yang tumbuh dan berkembang seirama dan dengan perjalanan bangsa. Tetapi di sisi lain, guru juga sebagai manusia biasa yang perlu untuk terus diingatkan, dibimbing, dan dibina agar tidak bias dari tujuan awal sebagai orang yang harus dapat digugu dan ditiru oleh masyarakat terutama oleh anak didiknya.
Buku ini merupakan buah karya penulis yang notabene benar-benar mengenal dan berkecimpung di dunia pendidikan. Namanya Wawan Arifien, seorang yang berprofesi sebagai guru ini, memulai kariernya dari tingkat terendah hingga meraih jabatan sebagai kepala dinas pendidikan. Dengan demikian, penulis tentu sangat memahami, melakoni, dan menghayati apa yang menjadi objek tulisannya. Buku dengan tebal 244 halaman ini, merupakan kumpulan artikel-artikel karya penulis yang pernah dimuat di media cetak ini. Kemudian dibukukan dengan tampilan menarik dan mementingkan keterbacaan bagi sidang pembaca.
Selanjutnya, penulis buku ini juga menekankan (halaman 129), sehebat apa pun program dan secanggih apa pun perencanaan pendidikan, tidak akan memberi dampak apa pun terhadap output pendidikan itu sendiri, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Pendidikan tidak bisa lagi hanya bertumpu terhadap intelektual, karena sudah banyak terbukti kekuatan intelektual tidak mampu menyelesaikan semua permasalahan. Mengurus pendidikan berbeda dengan mengurus kantor atau administrasi belaka, karena di dalamnya ada harapan, cita-cita, dan keinginan. Jangan membentuk siswa harus seperti kita, tetapi bentuklah mereka sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh para pemimpin yang memiliki karakter.
Itu baru satu artikel, buku yang memuat lebih dari 38 bahasan ini, sungguh mengilhami pembacanya, khususnya para guru, akan peran dan fungsi hakiki dalam pembelajaran serta dalam upaya membantu anak berkembang sesuai dengan potensi dirinya. Buku ini juga mengilhami kembali peran guru sebagai pembimbing sosial sesuai dengan tuntutan kompetensi sosial guru yang diamanatkan undang-undang. Pokoknya, guru harus memandang anak sebagai manusia sesuai fitrahnya. Guru tidak menjadi robot dari suatu sistem pembelajaran dan guru tidak menjadikan anak sebagai robot.
Layak menjadi renungan, selalu menjadi bahan khayalan, dan bersyukur bisa mewujudkannya dalam kenyataan. Walaupun, guru seperti halnya fitrah manusia, bukanlah orang yang sempurna. Namun demikian, pada hakikatnya setiap individu adalah guru. Guru/panutan/teladan bagi keluarganya, bagi anak-anaknya, bahkan kadang bagi dirinya sendiri. Jadi, walaupun menjadi pejabat tinggi, pengusaha sukses, politisi, bahkan kepala desa. Sikap dan kepribadian guru jangan sampai terkikis atau bahkan melupakan bahwa dirinya adalah seorang panutan.
Judul : GURU JUGA MANUSIA
ISBN : 978-602-18481-4-2
Penulis : Wawan Arifien
Editor : Delik Iskandar
Penerbit : Mitra Edukasi
Cetakan : Desember 2012
Tebal : 244 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 15,5 x 23 cm
Kategori : Psikologi/Pendidikan
Harga : Rp50.000
Bandung, 28 Desember 2012
Suro Prapanca
Suro Prapanca
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 30 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar