Sabtu, 19 Juli 2014

Resensi Buku: Jangan Salahkan Bahasa!

Resensi Buku: Jangan Salahkan Bahasa!
Judul Resensi Buku:
“Mengobati” Karut-marut Penggunaan Bahasa

(Resensi Buku: Jangan Salahkan Bahasa!) -- BAHASA itu fenomena. Tak hanya berfungsi sebagai lingua franca atau sarana pergaulan antarindividu, ia juga “mewarnai” kehidupan. Bahasa tak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga kesan. Bahasa bisa menjadi bagian dari duka dan bahagia anak manusia. Namun, sering kali pula bahasa hadir tidak semestinya. Bahasa tak salah. Yang salah itu penutur atau penggunanya.

Segala bentuk kekritisan (dan kejenakaan) dalam penggunaan bahasa disampaikan secara utuh dalam buku ini ––buku yang menjadi representasi idealisme berbahasa tujuh penulus muda. Ketujuh penulis ini ––Imam J.P., Asep Juanda, Dadan Suwarna, Dindin Samsudin, Dudung Ridwan, Edi Warsidi, dan Nandang R. Pamungkas–– menyampaikan kegundahan dan koreksi atas ketidakakuratan penggunaan bahasa. Sangat menjadi best-seller book yang mengulas kebahasaan populer saat ini.   


Para penulis memberi judul buku ini "Jangan Salahkan Bahasa!", kemudian berkesempatan diresensi oleh Suro Prapanca. Buku ini memberi pengertian yang kena, wajar, dan indah tentang kesalahan-kesalahan yang kepalang dipakai oleh pengguna bahasa, baik itu para eksekutif, penulis, pejabat pemerintah, politikus, dan juga selebritas. Dengan ketebalan 242 halaman, berbagai istilah dibahas. Ada yang serius, ada juga yang ringan menggelitik. Dengan kajian yang begitu menarik, buku ini sangat layak dikoleksi oleh para pencinta bahasa Indonesia.

“Buku ini memberikan pandangan lain tentang suatu persoalan kebahasaan sehingga persoalan bahasa tidak harus dilihat secara hitam putih,” ujar M. Abdul Khak, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, dalam kata pengantarnya.

Lewat tulisan-tulisan yang (hampir semua) dimuat di rubrik “Wisat Bahasa” HU Pikiran Rakyat ini, “mengobati” karut-marut pemakaian bahasa, seperti Bagaimana penggunaan kata nomine, nominasi, dan nominator?; Absensi versus presensi?; Apa kata nonsense adalah kata asing (Inggris)?; Silaturahmi atau silaturahim?; Berbahasa satu bahasa Indonesia atau Menjunjung bahsaa persatuan bahasa Indonesia?; Penggunaan akronim kebablasan.; Terima kasih sebanyak-banyaknya atau terima kasih setulus-tulusnya?; serta masih banyak lagi bahasan mengenai berbahasa ini. Jadi, walaupun dalam keseharian kita menggunakan bahasa Indonesia, membaca buku ini seperti menemukan tempat yang belum pernah kita kunjungi. Ada dua hal yang terasa setiap kita mendapat “pengalaman” baru: kejutan yang menyenangkan atas informasi baru dan mendalam serta perasaan bahwa masih banyak pengetahuan yang perlu terus kita gali dari bahasa Indonesia sebagai persatuan di bumi Nusantara ini.

Niscaya ini benar-benar buku yang harus dibaca oleh para pemakai bahasa Indonesia aktif terutama para eksekutif, termasuk penulis, pejabat pemerintah, politikus, dan selebritas (dalam arti sebenarnya yang bukan melulu artis seperti disalahartikan di Indonesia selama ini), yang biasa memakai istilah asing untuk keren-kerenan tanpa memedulikan laras dan tidaknya hubungan maknawinya. Sekali lagi, buku ini benar-benar memberi pengertian yang kena, wajar, dan indah tentang kesalahan-kesalahan yang kepalang dipakai oleh pihak tersebut tadi. Bahwa bahasa pun selalu berkembang, itu merupakan daya pikat tersendiri untuk dikaji ilmiah dari sudut pengetahuan sosiologi yang membuat pemerhati dan pengajar bahasa seyogianya tidak bersikap kolot, ngotot, ngeyel, dan keukeuh pada hanya satu saja pengertian peristilahan tertentu. Tampaknya pembaca mendapatkan itu di dalam mendaras buku ini. Selamat membaca resensi buku ini yang juga dimuat di harian Inilah Koran

Judul : Jangan Salahkan Bahasa!
ISBN : 978-602-1241-02-8
Penulis : Imam J.P., Asep Juanda, Dadan Suwarna, Dindin Samsudin, Dudung Ridwan, Edi Warsidi, dan Nandang R. Pamungkas
Penerbit : Media Cendekia Publisher
Cetakan : 2014
Jenis Cover : Soft Cover
Tebal : xii+242 halaman
Dimensi : 14,5 x 21 cm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar