BERKELIMPAHAN REZEKI. Bagaimana Itu Bisa Terjadi?
Setiap kita pasti mendambakan kehidupan yang bahagia, di dunia maupun di akhirat. Bahagia di dunia karena kita memiliki kehidupan yang berkelimpahan. Bahagia di akhirat karena kita mempunyai amal yang menyelamatkan. Itulah intisari yang ingin disampaikan oleh sang penulis, Ali Akbar, dalam buku yang hadir di tengah-tengah sidang pembaca ini.
Ali Akbar dikenal bukan hanya sebagai pakar marketing di SEO, tapi juga pakar membuat banyak orang kepincut bahkan mungkin klepek-klepek lewat tweet-tweet spiritualnya dalam akun Twitter miliknya, @PakarSEO. Anda bisa membuktikannya, saat menikmati bacaan dalam buku ini.
Dia menceritakan latar belakang penulisan buku motivasi Islam yang menguak tentang misteri rezeki ini. Mulanya, Ali Akbar bersama sahabat memang terus mengejar rezeki di dunia ini hingga suatu hari sang sahabat pergi menghadap Ilahi. Jujur, ada beberapa impiannya yang juga merupakan impian bersama harus kandas karena kepergian sahabat itu. Di situlah dia memahami kalimat Rezeki Itu Misteri, Mati Itu Pasti, yang kemudian menjadi judul dalam bukunya. Momen itulah yang membekaskan dalam hatinya, saat dia kehilangan beberapa orang yang dia sayangi dalam hidupnya, mereka telah pergi menuju kehidupan abadi bernama kematian.
Pengalaman rohani itulah yang seakan-akan dia telah menemukan makna kehidupan yang sesungguhnya. Ternyata, saat lebih mempersiapkan kematian, dia merasa malah hidup dalam keberlimpahan. Kita tidak pernah tahu, kapan Allah Swt mengaruniakan rezeki kepada kita, karena rezeki memang bertabur misteri. Pun kita tidak bisa menghindar atau sekadar menolak kematian yang merenggut orang-orang yang kita cintai, atau bahkan menunggu giliran kita, karena kematian itu pasti datangnya, kapan dan di mana pun kita berada.
Rezeki Itu Misteri, Mati Itu Pasti; bagaimana kita mengoptimasi diri agar terampil menjemput rezeki yang berkelimpahan demi keindahan saat kematian. Persiapkan kematian, hidup kita malah berkelimpahan. Bagaimana itu bisa terjadi? Anda bisa menemukan jawabannya dalam buku ini.
Beberapa tema penting yang diulas di buku ini, antara lain: 5 Rumus Bahagia Dunia Akhirat; Pahlawanku Keluargaku; Optimalkan Hidup, Persiapkan Kematian; Kekayaan Sesungguhnya adalah Kesederhanaan; Langgar Kebenaran, Jalan Hidup Jadi Sempit.
Penulis memberi intisari pembahasan dalam buku ini dalam ungkapan: bekali jiwa untuk menyambut maut dengan senyuman dan keikhlasan, karena kematian pasti datang, kapan dan di mana pun kita berada. Sekali lagi, mati itu pasti, sepasti-pastinya rezeki yang menjadi misteri. Ingatlah kematian agar kita lebih terampil untuk menghiasi diri dengan kemuliaan. Ingatlah kematian agar kita pintar menata hati dengan ketakwaan. Ingatlah kematian agar kita lebih pandai mengisi jiwa dengan ketawadhuan.
Rezeki Itu Misteri, Mati Itu Pasti adalah semangat hidup penulis, tentu ini juga bisa menjadi semangat hidup yang Anda pegang. Sehingga kita senantiasa bersyukur atas segala karunia dan nikmat-Nya, dan terus berikhtiar menuju hidup berkelimpahan agar menjadi pribadi yang baik dan manfaat.
Judul : Rezeki Itu Misteri, Mati Itu Pasti
ISBN : 978-602-9255-30-0
Penulis : Ali Akbar
Diterbitkan : Penerbit Mizania, PT Mizan Pustaka
Cetakan I : Januari 2013
Jumlah Halaman : 200 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14,5 x 19 cm
Suro Prapanca
Bandung, Jumat 23 Agustus 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 25 Agustus 2013
Selasa, 27 Agustus 2013
Resensi Buku - PERANG BALI: Sebuah Kisah Nyata
PERANG BALI, Kemerdekaan Bukan Akhir Perjuangan
17 Agustus 2013 ini rakyat Indonesia memperingati hari sangat bersejarah, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-68 tahun. Memperingati terbebasnya bangsa Indonesia dari penjajahan. Kemerdekaan yang ditebus dengan tetesan keringat dan darah, mewarnai perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Tercatat dalam sejarah, untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut, bangsa Indonesia harus melalui perjuangan bersenjata dan perjuangan diplomasi. Sejarah perjuangan bersenjata bergelora dari penjuru Indonesia. Seperti, Pertempuran Surabaya 10 November 1945, Peristiwa Bandung Lautan Api, Operasi Trikora, Serangan Umum 1 Maret 1949, Pertempuran Laut Aru, Operasi Dwikora, Perang Gerilya Soedirman, Perang Ambarawa, dan Perang Puputan.
Perang Puputan atau Perang Puputan Margarana adalah salah satu pertempuran rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Berlatar belakang Perang Puputan inilah, salah seorang pelaku sejarah, I Gusti Ngurah Pindha, menceritakannya dalam sebuah memoar perjuangan yang ditulis dengan gaya bercerita seperti novel. Dia memberi judul memoarnya, Perang Bali: Sebuah Kisah Nyata.
I Gusti Ngurah Pindha adalah seorang prajurit muda yang mengiringi I Gusti Ngurah Rai dalam perang gerilya mempertahankan tanah Bali dari pendudukan Belanda di awal kemerdekaan. Dengan senjata ala kadarnya, termasuk jimat-jimat yang dipercaya bisa membuat mereka kebal, para ksatria Bali keluar-masuk hutan dan kampung selama berbulan-bulan, meninggalkan istri dan anak-anak mereka. Ngurah Pindha merekam peristiwa heroik itu dalam sebuah cerita di novel ini.
Sebuah memoar yang dahsyat, sanggup menggetarkan hati pembacanya. Membaca buku ini, pembaca diajak merasakan bagaimana situasi dan kondisi perang saat itu, Perang Puputan. Saat para pejuang di Bali, Desa Marga, ini bertempur habis-habisan untuk mengusir Pasukan Belanda yang kembali datang setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia II, untuk menguasai kembali Indonesia. Perang yang mengakibatkan kematian I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya yang kemudian dikenang sebagai Perang Puputan serta mengakibatkan Belanda sukses mendirikan Negara Indonesia Timur.
Harapan penulis memoar ini, "Alangkah bagus bila semua pejuang menuliskan pengalamannya, (terutama yang berjuang di mana saja di Nusantara). Tentu bisa menjadi rekaman kisah perjuangan yang saling melengkapi. Itulah yang diinginkan ayah saya ketika menulis kisah ini." Seperti disampaikan oleh Ananda Dimitri, putra I Gusti Ngurah Pindha.
Judul : PERANG BALI: Sebuah Kisah Nyata
Penulis : I Gusti Ngurah Pindha
Diterbitkan : Penerbit Dolphin
Cetakan I : 2013
Tebal : 450 halaman
ISBN : 978-979-1701-04-4
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14 x 21 cm
Kategori : Memoar Perjuangan
Suro Prapanca
Bandung, 15 Agustus 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 18 Agustus 2013
17 Agustus 2013 ini rakyat Indonesia memperingati hari sangat bersejarah, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-68 tahun. Memperingati terbebasnya bangsa Indonesia dari penjajahan. Kemerdekaan yang ditebus dengan tetesan keringat dan darah, mewarnai perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Tercatat dalam sejarah, untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut, bangsa Indonesia harus melalui perjuangan bersenjata dan perjuangan diplomasi. Sejarah perjuangan bersenjata bergelora dari penjuru Indonesia. Seperti, Pertempuran Surabaya 10 November 1945, Peristiwa Bandung Lautan Api, Operasi Trikora, Serangan Umum 1 Maret 1949, Pertempuran Laut Aru, Operasi Dwikora, Perang Gerilya Soedirman, Perang Ambarawa, dan Perang Puputan.
Perang Puputan atau Perang Puputan Margarana adalah salah satu pertempuran rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Berlatar belakang Perang Puputan inilah, salah seorang pelaku sejarah, I Gusti Ngurah Pindha, menceritakannya dalam sebuah memoar perjuangan yang ditulis dengan gaya bercerita seperti novel. Dia memberi judul memoarnya, Perang Bali: Sebuah Kisah Nyata.
I Gusti Ngurah Pindha adalah seorang prajurit muda yang mengiringi I Gusti Ngurah Rai dalam perang gerilya mempertahankan tanah Bali dari pendudukan Belanda di awal kemerdekaan. Dengan senjata ala kadarnya, termasuk jimat-jimat yang dipercaya bisa membuat mereka kebal, para ksatria Bali keluar-masuk hutan dan kampung selama berbulan-bulan, meninggalkan istri dan anak-anak mereka. Ngurah Pindha merekam peristiwa heroik itu dalam sebuah cerita di novel ini.
Sebuah memoar yang dahsyat, sanggup menggetarkan hati pembacanya. Membaca buku ini, pembaca diajak merasakan bagaimana situasi dan kondisi perang saat itu, Perang Puputan. Saat para pejuang di Bali, Desa Marga, ini bertempur habis-habisan untuk mengusir Pasukan Belanda yang kembali datang setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia II, untuk menguasai kembali Indonesia. Perang yang mengakibatkan kematian I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya yang kemudian dikenang sebagai Perang Puputan serta mengakibatkan Belanda sukses mendirikan Negara Indonesia Timur.
Harapan penulis memoar ini, "Alangkah bagus bila semua pejuang menuliskan pengalamannya, (terutama yang berjuang di mana saja di Nusantara). Tentu bisa menjadi rekaman kisah perjuangan yang saling melengkapi. Itulah yang diinginkan ayah saya ketika menulis kisah ini." Seperti disampaikan oleh Ananda Dimitri, putra I Gusti Ngurah Pindha.
Judul : PERANG BALI: Sebuah Kisah Nyata
Penulis : I Gusti Ngurah Pindha
Diterbitkan : Penerbit Dolphin
Cetakan I : 2013
Tebal : 450 halaman
ISBN : 978-979-1701-04-4
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14 x 21 cm
Kategori : Memoar Perjuangan
Suro Prapanca
Bandung, 15 Agustus 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 18 Agustus 2013
Senin, 05 Agustus 2013
Resensi Buku - FIQIH TRADISI: Cara Baru Memandang Tradisi Islam di Indonesia
Islam Tradisi atau Tradisi Islam?
Dua hal menarik dalam ranah keislaman masyarakat Indonesia. Yaitu, Islam tradisi dan tradisi Islam. Apa itu? Pertama, Islam tradisi adalah Muslim yang menjalankan Islam berdasarkan ajaran Islam yang mereka peroleh di lingkungannya tanpa mau memahami dan berani bersikap kritis terhadap ajaran tersebut. Sehingga, mereka menganggap ajaran Islam yang telah ditradisikan itu adalah hal baku dan yang paling benar untuk diamalkan.
Kedua, tradisi Islam adalah sesuatu yang memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam yang sudah mendarah daging dalam keseharian masyarakat Islam di Indonesia. Seperti, tradisi pulang kampung saat Lebaran, tradisi cium tangan terhadap orang tua dan para guru, dan tradisi-tradisi yang lain (yang akan Anda baca dalam buku ini).
Agama dan tradisi seperti dua sisi mata uang. Dua hal yang bisa bertolak belakang, tetapi tidak dapat dipisahkan. Ada tradisi yang memang sesuai dengan ajaran Islam, namun tidak sedikit yang ternyata bertentangan dengan aturan Islam, seperti perayaan nisfu Sya’ban dengan ritual mandi bersama di sungai dan ritual ziarah ke makam waliyullah dengan membawa sesajen dan membakar kemenyan.
Masih banyak umat Muslim yang belum memahami mana ritual yang wajib, mana yang sunnah, dan mana yang sesat. Hal ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Seperti, apakah ritual malam nisfu Sya’ban yang diajarkan Rasulullah Saw? Sebenarnya bolehkah melaksanakan acara tahlilan? Apakah bayi yang belum diaqiqah akan “tergadai”? Bolehkan menyembelih seekor kambing saat mengaqiqahkan bayi laki-laki? Benarkah merayakan Maulid Nabi merupakan bukti kecintaan kepada Rasulullah Saw? Dan, mungkin pembaca juga memiliki pertanyaan-pertanyaan lain yang akan menemukan pencerahan dan pemahamannya setelah membaca buku karya penulis yang biasa disingkat ABAS ini.
ABAS atau Ustaz Ahmad Bisyri hadir menyuguhkan buku ini kepada masyarakat untuk menjawab aneka pertanyaan seputar ritual tradisi Islam seperti yang disebutkan di atas. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Salamadani ini akan memandu pembaca, agar tercerahkan dalam menghadapi berbagai permasalahan tradisi Islam yang masih diperdebatkan. Penulis berharap, dengan membaca buku ini, Anda akan mampu menyikapi berbagai ritual tradisi Islam dengan bijak dan benar sesuai ajaran Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Judul: FIQIH TRADISI: Cara Baru Memandang Tradisi Islam di Indonesia
Penulis: Ahmad Bisyri Syakur, Lc., M.A.
Diterbitkan: Penerbit Salamadani
Cetakan I : 2013
Jumlah Halaman : 262 halaman
ISBN : 978-602-7817-06-7
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13 x 20 cm
Kategori : Agama Islam
Suro Prapanca
Bandung, 2 Agustus 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 4 Agustus 2013
Dua hal menarik dalam ranah keislaman masyarakat Indonesia. Yaitu, Islam tradisi dan tradisi Islam. Apa itu? Pertama, Islam tradisi adalah Muslim yang menjalankan Islam berdasarkan ajaran Islam yang mereka peroleh di lingkungannya tanpa mau memahami dan berani bersikap kritis terhadap ajaran tersebut. Sehingga, mereka menganggap ajaran Islam yang telah ditradisikan itu adalah hal baku dan yang paling benar untuk diamalkan.
Kedua, tradisi Islam adalah sesuatu yang memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam yang sudah mendarah daging dalam keseharian masyarakat Islam di Indonesia. Seperti, tradisi pulang kampung saat Lebaran, tradisi cium tangan terhadap orang tua dan para guru, dan tradisi-tradisi yang lain (yang akan Anda baca dalam buku ini).
Agama dan tradisi seperti dua sisi mata uang. Dua hal yang bisa bertolak belakang, tetapi tidak dapat dipisahkan. Ada tradisi yang memang sesuai dengan ajaran Islam, namun tidak sedikit yang ternyata bertentangan dengan aturan Islam, seperti perayaan nisfu Sya’ban dengan ritual mandi bersama di sungai dan ritual ziarah ke makam waliyullah dengan membawa sesajen dan membakar kemenyan.
Masih banyak umat Muslim yang belum memahami mana ritual yang wajib, mana yang sunnah, dan mana yang sesat. Hal ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Seperti, apakah ritual malam nisfu Sya’ban yang diajarkan Rasulullah Saw? Sebenarnya bolehkah melaksanakan acara tahlilan? Apakah bayi yang belum diaqiqah akan “tergadai”? Bolehkan menyembelih seekor kambing saat mengaqiqahkan bayi laki-laki? Benarkah merayakan Maulid Nabi merupakan bukti kecintaan kepada Rasulullah Saw? Dan, mungkin pembaca juga memiliki pertanyaan-pertanyaan lain yang akan menemukan pencerahan dan pemahamannya setelah membaca buku karya penulis yang biasa disingkat ABAS ini.
ABAS atau Ustaz Ahmad Bisyri hadir menyuguhkan buku ini kepada masyarakat untuk menjawab aneka pertanyaan seputar ritual tradisi Islam seperti yang disebutkan di atas. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Salamadani ini akan memandu pembaca, agar tercerahkan dalam menghadapi berbagai permasalahan tradisi Islam yang masih diperdebatkan. Penulis berharap, dengan membaca buku ini, Anda akan mampu menyikapi berbagai ritual tradisi Islam dengan bijak dan benar sesuai ajaran Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Judul: FIQIH TRADISI: Cara Baru Memandang Tradisi Islam di Indonesia
Penulis: Ahmad Bisyri Syakur, Lc., M.A.
Diterbitkan: Penerbit Salamadani
Cetakan I : 2013
Jumlah Halaman : 262 halaman
ISBN : 978-602-7817-06-7
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13 x 20 cm
Kategori : Agama Islam
Suro Prapanca
Bandung, 2 Agustus 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 4 Agustus 2013
Resensi Buku - BERAMAL ENTENG BERPAHALA DAHSYAT
Cerdas Beribadah, Berlipat Pahala
Iman-Ilmu-Amal, bisa disebut trilogi keseimbangan ibadah, ketiganya harus senantiasa seiring. Kurang sempurna bila iman tanpa ilmu. Allah marah besar (Kaburo maqtan ‘indallah) bila beriman dan berilmu tanpa amal. Dan, akan percuma bila berilmu dan beramal tanpa iman.
Buku BERAMAL ENTENG BERPAHALA DAHSYAT: Cerdas Beribadah di Tengah Fluktuasi Iman ini bisa menjadi bahasan dan tema yang provokatif dan mengundang diskusi panjang. Ini menjadi harapan penulis, Ahmad Jameel, agar kelak umat Muslim tidak kekurangan bekal dalam menghadap Sang Khalik lantaran “kebodohan”, gara-gara kelalaian, ketidakmauan untuk belajar, atau perasaan cukup telah beribadah ritual dan beribadah sosial yang dilakukan.
Cerdas beramal/beribadah bukan berarti pilih-pilih mana amal ibadah yang mudah dikerjakan, tidak banyak ketentuan ini dan itu, tidak banyak menguras waktu, tenaga, pikiran, dan finansial. Bukan, bukan itu maksudnya. Cerdas beramal berarti beribadah maksimal sesuai syariat dengan kemampuan yang ada, namun mampu menambahnya dengan sederet ibadah yang kayaknya sangat enteng dikerjakan, tetapi berpahala luar biasa.
Penulis lebih menekankan lagi, bahwa cerdas beramal, sebenarnya berbicara tentang efektivitas dan efisiensi amalan. Efektif berarti bagaimana cara beribadah yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Yang mengandung konsekuensi, harus berangkat dari niat yang benar (karena Allah), prosesnya benar, serta hasilnya juga benar. Sedangkan efisien berarti usaha meraih pahala maksimal dalam keterbatasan waktu, jarangnya kesempatan, dan terbatasnya tenaga serta finansial.
Anda pasti ingin mengetahui mana dan bagaimana contohnya? Buku setebal 248 halaman yang diterbitkan oleh Syaamil Books ini jadi kado untuk beribadah dalam mengarungi kehidupan ini. Buku ini jadi media, untuk terus berusaha belajar dan belajar untuk kesempurnaan amal, dan terus mengoptimalkan potensi, kesempatan, dan kemampuan untuk memaksimalkan amal saleh kita.
Sekali lagi, bagaimana caranya? Baca dengan saksama buku ini, dari Bab 1 (yang berisi tentang pentingnya niat beribadah) sampai Bab 22 (kumpulan doa-doa pilihan yang bisa Anda amalkan). Selanjutnya usaha Anda untuk memahami bab demi bab yang penuh pembelajaran (pengkajian) untuk kemudian diamalkan dan dikembangkan.
Sependapat dengan ajakan penulis (Ustaz Ahmad Jameel), yaitu ajakan khususnya pada diri sendiri, kemudian pada keluarga, sahabat, jemaah, dan pembaca semua untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan ibadah wajib kita dengan pandai memanfaatkan waktu, mengoptimalkan ibadah dalam kondisi lapang maupun sempit dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang pahalanya luar biasa.
Judul : BERAMAL ENTENG BERPAHALA DAHSYAT: Cerdas Beribadah di Tengah Fluktuasi Iman
ISBN : 978-979-055-487-0
Penulis : Ahmad Jameel
Editor : Sri al Hidayati
Penerbit : Syaamil Book
Cetakan : Juni 2013
Tebal : 248 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13,5 x 20,5 cm
Kategori : Agama Islam/Inspiratif
Bandung, 26 Juli 2013
Suro Prapanca
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 28 Juli 2013
Iman-Ilmu-Amal, bisa disebut trilogi keseimbangan ibadah, ketiganya harus senantiasa seiring. Kurang sempurna bila iman tanpa ilmu. Allah marah besar (Kaburo maqtan ‘indallah) bila beriman dan berilmu tanpa amal. Dan, akan percuma bila berilmu dan beramal tanpa iman.
Buku BERAMAL ENTENG BERPAHALA DAHSYAT: Cerdas Beribadah di Tengah Fluktuasi Iman ini bisa menjadi bahasan dan tema yang provokatif dan mengundang diskusi panjang. Ini menjadi harapan penulis, Ahmad Jameel, agar kelak umat Muslim tidak kekurangan bekal dalam menghadap Sang Khalik lantaran “kebodohan”, gara-gara kelalaian, ketidakmauan untuk belajar, atau perasaan cukup telah beribadah ritual dan beribadah sosial yang dilakukan.
Cerdas beramal/beribadah bukan berarti pilih-pilih mana amal ibadah yang mudah dikerjakan, tidak banyak ketentuan ini dan itu, tidak banyak menguras waktu, tenaga, pikiran, dan finansial. Bukan, bukan itu maksudnya. Cerdas beramal berarti beribadah maksimal sesuai syariat dengan kemampuan yang ada, namun mampu menambahnya dengan sederet ibadah yang kayaknya sangat enteng dikerjakan, tetapi berpahala luar biasa.
Penulis lebih menekankan lagi, bahwa cerdas beramal, sebenarnya berbicara tentang efektivitas dan efisiensi amalan. Efektif berarti bagaimana cara beribadah yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Yang mengandung konsekuensi, harus berangkat dari niat yang benar (karena Allah), prosesnya benar, serta hasilnya juga benar. Sedangkan efisien berarti usaha meraih pahala maksimal dalam keterbatasan waktu, jarangnya kesempatan, dan terbatasnya tenaga serta finansial.
Anda pasti ingin mengetahui mana dan bagaimana contohnya? Buku setebal 248 halaman yang diterbitkan oleh Syaamil Books ini jadi kado untuk beribadah dalam mengarungi kehidupan ini. Buku ini jadi media, untuk terus berusaha belajar dan belajar untuk kesempurnaan amal, dan terus mengoptimalkan potensi, kesempatan, dan kemampuan untuk memaksimalkan amal saleh kita.
Sekali lagi, bagaimana caranya? Baca dengan saksama buku ini, dari Bab 1 (yang berisi tentang pentingnya niat beribadah) sampai Bab 22 (kumpulan doa-doa pilihan yang bisa Anda amalkan). Selanjutnya usaha Anda untuk memahami bab demi bab yang penuh pembelajaran (pengkajian) untuk kemudian diamalkan dan dikembangkan.
Sependapat dengan ajakan penulis (Ustaz Ahmad Jameel), yaitu ajakan khususnya pada diri sendiri, kemudian pada keluarga, sahabat, jemaah, dan pembaca semua untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan ibadah wajib kita dengan pandai memanfaatkan waktu, mengoptimalkan ibadah dalam kondisi lapang maupun sempit dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang pahalanya luar biasa.
Judul : BERAMAL ENTENG BERPAHALA DAHSYAT: Cerdas Beribadah di Tengah Fluktuasi Iman
ISBN : 978-979-055-487-0
Penulis : Ahmad Jameel
Editor : Sri al Hidayati
Penerbit : Syaamil Book
Cetakan : Juni 2013
Tebal : 248 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13,5 x 20,5 cm
Kategori : Agama Islam/Inspiratif
Bandung, 26 Juli 2013
Suro Prapanca
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 28 Juli 2013
Resensi Buku - DOA-DOA UNTUK MUSLIMAH
Risalah Doa untuk Muslimah
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.” – QS Al-Mu’min (40): 60
Doa yang Anda, sidang pembaca, panjatkan kepada Allah SWT menjadi penting perannya dalam kehidupan. Ini berarti Anda sedang melibatkan Allah dalam semua pekerjaan. Allah hadir menemani sehingga keberkahan senantiasa meliputi setiap detik embusan napas. Yakinlah, tanpa limpahan pertolongan-Nya, segala sesuatu akan menjadi berat dan sukar untuk diraih. Sebaliknya, berkat karunia rahmat dan kasih sayang Allah, Anda memiliki daya dan kuasa untuk meraih setiap kebaikan yang Allah sediakan.
Mungkin Anda bisa merasakan, hidup ini tak pernah sepi dari masalah. Pada momen-momen tertentu, Anda sepertinya mengalami hal-hal yang tak tertanggungkan, yang membuat Anda tergerak untuk berdoa, mengutarakan harapan, dan memohon kepada Tuhan pemilik segala. Doa menjadi bukti betapa sebagai manusia, sangatlah lemah di hadapan-Nya.
Buku DOA-DOA UNTUK MUSLIMAH: Lebih Dekat dan Mesra Bersama Allah ini menyajikan doa-doa, khususnya untuk kaum Muslimah, dalam berbagai keadaan dan situasi yang sering dihadapinya, antara lain: doa dimudahkan mendapatkan jodoh yang saleh, momongan, dan disehatkan pada masa kehamilan. Ini bisa menjadi panduan doa yang lengkap bagi para Muslimah (bab demi bab), dari mulai Risalah Doa, Pentingnya Doa dalam Kehidupan Muslimah, sampai dengan Risalah Doa (khusus) untuk Muslimah.
Membaca buku dengan ketebalan 182 halaman ini akan menuntun Anda, Muslimah, untuk bisa lebih merasakan kedekatan dan kemesraan bersama Allah. Karya ini, oleh penulis (Sita Simpati) berawal dari inspirasi bahwa begitu besarnya peran Muslimah dalam berbagai aspek kehidupan. Muslimah dituntut untuk mampu menjalankan berbagai peran dan tugas, baik sebagai anak bagi orang tuanya, istri bagi suaminya, serta ibu bagi anak-anaknya. Tentu, menjadi sosok Muslimah yang baik merupakan dambaan.
Islam mengajarkan doa sebagai wujud keyakinan manusia akan kekuasaan Allah SWT. Doa juga menjadi persembahan cinta dari hamba untuk Tuhannya. Begitu pentingnya doa sehingga doa hanya boleh dipanjatkan kepada-Nya. Memohon kepada selain Allah sama saja dengan menyekutukan-Nya. Bahakn, ada ungkapan bahwa doa tanpa usaha adalah sia-sia dan usaha tanpa doa adalah kesombongan. Ini semakin menyadarkan bahwa betapa besar peran serta Allah dalam setiap perjalanan hidup manusia.
Jadi, kenapa kita sering melupakan Tuhan dalam segala aktivitas kita? Apa kita sudah merasa diri super?
Judul : DOA-DOA UNTUK MUSLIMAH: Lebih Dekat dan Mesra Bersama Allah
Penulis : Sita Simpati
Diterbitkan : Penerbit Mizania
Cetakan I : Februari 2013
Jumlah Halaman : 182 halaman
ISBN : 978-602-9255-44-7
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14,5 x 19 cm
Kategori : Agama Islam/Doa dan Zikir
(Suro Prapanca)
Bandung, 15 Juli 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 21 Juli 2013
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.” – QS Al-Mu’min (40): 60
Doa yang Anda, sidang pembaca, panjatkan kepada Allah SWT menjadi penting perannya dalam kehidupan. Ini berarti Anda sedang melibatkan Allah dalam semua pekerjaan. Allah hadir menemani sehingga keberkahan senantiasa meliputi setiap detik embusan napas. Yakinlah, tanpa limpahan pertolongan-Nya, segala sesuatu akan menjadi berat dan sukar untuk diraih. Sebaliknya, berkat karunia rahmat dan kasih sayang Allah, Anda memiliki daya dan kuasa untuk meraih setiap kebaikan yang Allah sediakan.
Mungkin Anda bisa merasakan, hidup ini tak pernah sepi dari masalah. Pada momen-momen tertentu, Anda sepertinya mengalami hal-hal yang tak tertanggungkan, yang membuat Anda tergerak untuk berdoa, mengutarakan harapan, dan memohon kepada Tuhan pemilik segala. Doa menjadi bukti betapa sebagai manusia, sangatlah lemah di hadapan-Nya.
Buku DOA-DOA UNTUK MUSLIMAH: Lebih Dekat dan Mesra Bersama Allah ini menyajikan doa-doa, khususnya untuk kaum Muslimah, dalam berbagai keadaan dan situasi yang sering dihadapinya, antara lain: doa dimudahkan mendapatkan jodoh yang saleh, momongan, dan disehatkan pada masa kehamilan. Ini bisa menjadi panduan doa yang lengkap bagi para Muslimah (bab demi bab), dari mulai Risalah Doa, Pentingnya Doa dalam Kehidupan Muslimah, sampai dengan Risalah Doa (khusus) untuk Muslimah.
Membaca buku dengan ketebalan 182 halaman ini akan menuntun Anda, Muslimah, untuk bisa lebih merasakan kedekatan dan kemesraan bersama Allah. Karya ini, oleh penulis (Sita Simpati) berawal dari inspirasi bahwa begitu besarnya peran Muslimah dalam berbagai aspek kehidupan. Muslimah dituntut untuk mampu menjalankan berbagai peran dan tugas, baik sebagai anak bagi orang tuanya, istri bagi suaminya, serta ibu bagi anak-anaknya. Tentu, menjadi sosok Muslimah yang baik merupakan dambaan.
Islam mengajarkan doa sebagai wujud keyakinan manusia akan kekuasaan Allah SWT. Doa juga menjadi persembahan cinta dari hamba untuk Tuhannya. Begitu pentingnya doa sehingga doa hanya boleh dipanjatkan kepada-Nya. Memohon kepada selain Allah sama saja dengan menyekutukan-Nya. Bahakn, ada ungkapan bahwa doa tanpa usaha adalah sia-sia dan usaha tanpa doa adalah kesombongan. Ini semakin menyadarkan bahwa betapa besar peran serta Allah dalam setiap perjalanan hidup manusia.
Jadi, kenapa kita sering melupakan Tuhan dalam segala aktivitas kita? Apa kita sudah merasa diri super?
Judul : DOA-DOA UNTUK MUSLIMAH: Lebih Dekat dan Mesra Bersama Allah
Penulis : Sita Simpati
Diterbitkan : Penerbit Mizania
Cetakan I : Februari 2013
Jumlah Halaman : 182 halaman
ISBN : 978-602-9255-44-7
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14,5 x 19 cm
Kategori : Agama Islam/Doa dan Zikir
(Suro Prapanca)
Bandung, 15 Juli 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 21 Juli 2013
Resensi Buku - Haid Menghalangi Ibadah? No Way!
Datang Bulan Bukan Halangan
Apakah Anda, Muslimah, termasuk yang berpendapat bahwa ketika haid, berarti “libur” dari berbagai ibadah? Atau bahkan, pendukung persepsi keliru yang selama ini berkembang, bahwa seorang perempuan yang tengah haid tidak boleh beribadah sama sekali?
Haid merupakan fitrah yang dialami kaum hawa, proses alami yang diberikan oleh Allah. Haid memainkan peranan penting dalam perkembangbiakan manusia. Menurut peneletian, kebanyakan perempuan mendapatkan haid pertama antara usia 10 sampai 15 tahun. Haid adalah aliran cairan darah dari rahim (organ tubuh tempat janin dibesarkan). Perempuan yang sudah matang usianya untuk mengandung anak, mengalami haid setiap bulannya. Bahkan, kata “menstruasi” itu sendiri berasal dari kata mensis, yang berarti bulan dalam bahasa Latin.
Malah ada sebagian, bahkan mungkin tidak sedikit, perempuan yang sedang haid acap kali merasa memiliki kekurangan karena tidak dapat melaksanakan ibadah dengan sempurna. Dalam pemahamannya, ibadah hanya mencakup hal-hal yang bersifat ritual belaka, seperti salat, puasa, haji, dan yang lainnya. Padahal, dalam perspektif Islam, ibadah sangatlah luas, dan dapat dilakukan oleh siapa pun, termasuk seorang perempuan yang sedang haid sekalipun.
Dengan bahasa yang indah dan mudah, buku 144 halaman yang diterbitkan Penerbit Mizania ini menjadi panduan bagi Anda untuk memahami haid dan permasalahannya. Pembaca akan tahu apa saja sih larangan bagi perempuan haid? Bagaimana meraih pahala ibadah, meski dalam kondisi haid? Serta, apa saja ibadah muamalah yang bisa dilaksanakan perempuan haid? Anda akan menemukan jawabannya setelah membaca buku ini dengan keyakinan yang mantap. Karena, penulis buku ini melengkapinya dengan dalil-dalil berdasarkan Alquran maupun hadis.
Penulis, M Fauzi Rachman, menuangkan tema-tema penting dalam buku ini, antara lain: Bagaimana merenungi karakteristik dan peran khas perempuan; Bagaimana memahami makna haid, hikmah, dan permasalahannya; Bagaimana tetap dapat meraih pahala ibadah meski sedang haid; Berbagai macam ibadah muamalah bagi perempuan yang sedang haid.
Harapan penulis kepada Muslimah setelah membaca buku Haid Menghalangi Ibadah? No Way! ini adalah menjauhkan dari persepsi yang keliru bahwa pada saat haid, ia libur tanpa harus beribadah. Benar, seorang perempuan yang tengah haid terlarang mengerjakan salat, membaca Alquran. Namun, bukankah sebagai pengganti salat dan membaca Alquran, ia dapat melakukan ibadah yang lain? Apa saja ibadah-ibadah yang lain itu? Tentu saja Anda akan mengetahuinya setelah membaca habis buku ini. Apalagi, bagi Anda yang ingin melewatkan setiap detik hidupnya untuk menjalankan ibadah.
Jadi, apakah benar? Muslimah sekarang ini telah mengalami apa yang disebut krisis iman, akhlak, dan ilmu. Padahal, dalam literatur keagamaan, dikenal ungkapan --al-mar’ah ‘imaad al-bilaad (perempuan adalah tiang negara)-- dan sejarah telah membuktikan. Dari rahim seorang perempuan salehah telah banyak para alim dan ulama terkemuka lahir.
Judul : Haid Menghalangi Ibadah? No Way!
Ibadah-ibadah Utama bagi Perempuan Haid
Penulis : M Fauzi Rachman
Diterbitkan : Penerbit Mizania
Cetakan I : Februari 2013
Jumlah Halaman : 142 halaman
ISBN : 978-602-9255-45-4
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14,5 x 19 cm
Kategori : Agama Islam/Ibadah
(Suro Prapanca)
Bandung, 12 Juli 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 14 Juli 2013
Apakah Anda, Muslimah, termasuk yang berpendapat bahwa ketika haid, berarti “libur” dari berbagai ibadah? Atau bahkan, pendukung persepsi keliru yang selama ini berkembang, bahwa seorang perempuan yang tengah haid tidak boleh beribadah sama sekali?
Haid merupakan fitrah yang dialami kaum hawa, proses alami yang diberikan oleh Allah. Haid memainkan peranan penting dalam perkembangbiakan manusia. Menurut peneletian, kebanyakan perempuan mendapatkan haid pertama antara usia 10 sampai 15 tahun. Haid adalah aliran cairan darah dari rahim (organ tubuh tempat janin dibesarkan). Perempuan yang sudah matang usianya untuk mengandung anak, mengalami haid setiap bulannya. Bahkan, kata “menstruasi” itu sendiri berasal dari kata mensis, yang berarti bulan dalam bahasa Latin.
Malah ada sebagian, bahkan mungkin tidak sedikit, perempuan yang sedang haid acap kali merasa memiliki kekurangan karena tidak dapat melaksanakan ibadah dengan sempurna. Dalam pemahamannya, ibadah hanya mencakup hal-hal yang bersifat ritual belaka, seperti salat, puasa, haji, dan yang lainnya. Padahal, dalam perspektif Islam, ibadah sangatlah luas, dan dapat dilakukan oleh siapa pun, termasuk seorang perempuan yang sedang haid sekalipun.
Dengan bahasa yang indah dan mudah, buku 144 halaman yang diterbitkan Penerbit Mizania ini menjadi panduan bagi Anda untuk memahami haid dan permasalahannya. Pembaca akan tahu apa saja sih larangan bagi perempuan haid? Bagaimana meraih pahala ibadah, meski dalam kondisi haid? Serta, apa saja ibadah muamalah yang bisa dilaksanakan perempuan haid? Anda akan menemukan jawabannya setelah membaca buku ini dengan keyakinan yang mantap. Karena, penulis buku ini melengkapinya dengan dalil-dalil berdasarkan Alquran maupun hadis.
Penulis, M Fauzi Rachman, menuangkan tema-tema penting dalam buku ini, antara lain: Bagaimana merenungi karakteristik dan peran khas perempuan; Bagaimana memahami makna haid, hikmah, dan permasalahannya; Bagaimana tetap dapat meraih pahala ibadah meski sedang haid; Berbagai macam ibadah muamalah bagi perempuan yang sedang haid.
Harapan penulis kepada Muslimah setelah membaca buku Haid Menghalangi Ibadah? No Way! ini adalah menjauhkan dari persepsi yang keliru bahwa pada saat haid, ia libur tanpa harus beribadah. Benar, seorang perempuan yang tengah haid terlarang mengerjakan salat, membaca Alquran. Namun, bukankah sebagai pengganti salat dan membaca Alquran, ia dapat melakukan ibadah yang lain? Apa saja ibadah-ibadah yang lain itu? Tentu saja Anda akan mengetahuinya setelah membaca habis buku ini. Apalagi, bagi Anda yang ingin melewatkan setiap detik hidupnya untuk menjalankan ibadah.
Jadi, apakah benar? Muslimah sekarang ini telah mengalami apa yang disebut krisis iman, akhlak, dan ilmu. Padahal, dalam literatur keagamaan, dikenal ungkapan --al-mar’ah ‘imaad al-bilaad (perempuan adalah tiang negara)-- dan sejarah telah membuktikan. Dari rahim seorang perempuan salehah telah banyak para alim dan ulama terkemuka lahir.
Judul : Haid Menghalangi Ibadah? No Way!
Ibadah-ibadah Utama bagi Perempuan Haid
Penulis : M Fauzi Rachman
Diterbitkan : Penerbit Mizania
Cetakan I : Februari 2013
Jumlah Halaman : 142 halaman
ISBN : 978-602-9255-45-4
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14,5 x 19 cm
Kategori : Agama Islam/Ibadah
(Suro Prapanca)
Bandung, 12 Juli 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 14 Juli 2013
Langganan:
Postingan (Atom)