Minggu, 24 Maret 2013

Resensi Buku - TUHAN DALAM OTAK MANUSIA

Neurosains Spiritual, Menjaring Pemimpin yang Sehat dan Waras 

Krisis bangsa ini, yaitu situasi ketika hari demi hari masyarakat selalu dihadapkan pada gejala perilaku yang menyimpang, berakar pada krisis spiritualitas. Oleh karena itu, mestinya kita kian menyadari betapa pentingnya gaya hidup holistik yang tidak hanya memperhatikan aspek-aspek materiil, tetapi juga menekankan pentingnya kehidupan spiritual.

Sifat dan perilaku spiritual —makna hidup, pengalaman spiritual, emosi positif, dan ritual— memiliki pengaruh yang luar biasa dalam banyak hal, dan dalam konteks buku karya dokter Taufik Pasiak ini, pengaruhnya terhadap kesehatan. Diketahui dari riset bahwa mereka yang hidup dengan komponen-komponen spiritual tersebut memiliki kehidupan yang relatif lebih stabil dan lebih berbahagia. Contohnya, mereka yang kerap mengucapkan rasa syukur atas segala sesuatu, atau mereka yang lebih sering mengunjungi rumah ibadah, ternyata lebih tahan terhadap depresi atau kecenderungan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukannya.


Kembali pada krisis yang terjadi pada bangsa ini, menyaksikan laku kumuh koruptor di Indonesia yang marak sekarang ini dan hampir merata di seantero Nusantara. Jadi, sungguh sangat mengentakkan nurani dan nalar sehat kita, itu dilakukan bukan oleh kelas tidak terpelajar, melainkan justru kelas menengah terpelajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan yang tidak berbasis pada keterpaduan dan integrasi antara ruh ke-Ilahi-an (transendental) dengan aktivitas otak manusia, hanya akan melahirkan orang pintar yang menjadi “pelacur dan koruptor intelektual”.

Mestinya, manusia harus benar-benar bersyukur dikaruniai otak yang merupakan karya mahabesar Sang Khalik Pencipta Alam, Tuhan Yang Mahakuasa Allah SWT. Sekaligus, itu merupakan hadiah mahabesar untuk manusia dan alam sekitarnya. Sebagai pemimpin di muka bumi, semua tindakan manusia yang dikontrol otak, sangat berpengaruh terhadap pembangunan peradaban, termasuk lingkungan di mana manusia hidup. Jika otaknya sehat, maka sehat pulalah alam sekitarnya, demikian pula sebaliknya.

Mungkin kita menyimpan tanda tanya besar, misalnya dalam pemeriksaan kesehatan (health assessment), baik itu untuk kepentingan pemetaan maupun dimaksudkan untuk tes kelaikan, dimensi spiritualitas ini kurang atau tidak disentuh sama sekali. Mengapa pemeriksaan yang dilakukan selama ini terhadap pejabat-pejabat tidak berhasil mengetahui bagaimana mereka memanifestasikan spiritualitas dalam kehidupan mereka? Sehingga, meskipun mereka lolos dalam pemeriksaan yang selama ini dipakai, kemudian terbukti bahwa saat berkuasa, mereka tetap saja melakukan korupsi dan kejahatan.

Sepertinya, diperlukan alat periksa lain yang memiliki kemampuan memetakan dimensi lain dari manusia, yaitu dimensi spiritualitasnya. Jika kesehatan spiritual diterapkan dalam pemeriksaan dan diagnosis penyakit, maka pengelolaan dalam bentuk rekam medis dan terapi akan memberikan nuansa tersendiri dalam pengelolaan pasien. Bahkan, sungguh menarik jika kemudian para koruptor disebut sebagai penderita penyakit spiritual. Atau secara sarkastis agar berefek jera, koruptor ini disebut sebagai orang gila ruhani.

Maka, buku dengan judul Tuhan dalam Otak Manusia, bisa menjadi kebijakan pemerintah untuk melibatkan pendekatan neurosains spiritual dalam melakukan fit and proper test calon pemangku amanah negara. Karya tulisan Taufik Pasiak adalah sebuah hasil pengembaraan spiritual seorang profesi dokter yang hadir ketika bangsa ini memerlukan metode rekrutmen yang mampu menjaring pemimpin yang sehat dan waras otaknya, buah dari hadirnya Tuhan dalam otak manusia.

Judul : TUHAN DALAM OTAK MANUSIA:
Mewujudkan Kesehatan Spiritual Berdasarkan Neurosains
ISBN : 978-979-433-725-7
Karya : Dr. Taufik Pasiak, dr., M.Pd., M.Kes.
Diterbitkan : Penerbit Mizan, PT Mizan Pustaka
Cetakan I : Juli 2012
Tebal : 474 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 15,5 x 23,5 cm
Kategori : Wacana

Bandung, 22 Maret 2013
Suro Prapanca
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 24 Maret 2013

Resensi Buku - A Street Cat Named Bob

Bob Mengubah Hidup James 

Kisah menyentuh dan penuh harapan yang tertuang dalam novel A Street Cat Named Bob. Kisah nyata persahabatan seorang pengamen dan kucingnya yang bertahan hidup dan menemukan harapan di jalan.

Dua tahun setelah James Bowen, seorang musisi jalanan di London, Inggris, --menemukan kucing berwarna jingga (Bob) yang terluka dan duduk di lorong koridor rumah susunnya yang remang-remang itu--, Bob mengubah dunianya. James yang sehari-hari menyambung hidup dari mengamen berpenghasilan tak menentu, dia juga sedang dalam pemulihan dari kecanduan heroin. Usianya sudah menjelang tiga puluhan, tapi dia merasa belum menemukan tujuan hidupnya selain hanya untuk bertahan hidup. Hidupnya benar-benar kacau, dia kehilangan kontak dengan keluarganya dan bisa dibilang tidak punya teman di dunia ini.


Dalam keadaan seperti itulah dia memelihara sahabat barunya, Bob. Namun, hal itu tidak mengganggu persahabatan mereka. Mereka tak terpisahkan. Bob membuntuti James ke mana pun, bahkan ikut mengamen bersama James. Segera saja pemandangan James dan Bob yang meringkuk tenang di bahunya menjadi lumrah bagi warga London.

Kehadiran Bob yang setia perlahan-lahan menyadarkan James untuk menata hidupnya. Dengan Bob di sisinya, James mulai berjuang melepaskan diri dari jeratan narkoba dan menjalin kembali hubungan yang sempat terputus dengan keluarganya di Australia.

Inilah kisah persahabatan yang unik dan mencerahkan. Novel yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Istiani Prajoko dan disunting oleh Dian Pranasari ini berhasil menceritakan lewat kata-kata kisah nyata ini. Kisah persahabatan mereka benar-benar mengetuk hati kita betapa pertolongan bisa datang dalam berbagai cara, bahkan melalui kasih sayang seekor kucing.

Bob dan sang pemilik, sahabatnya (James), ternyata juga telah menjadi selebritas, yang sebelumnya mereka sendiri tidak menyadarinya. Sampai-sampai James terusik, dari mana mereka yang kebetulan menyaksikannya sedang mengamen tahu nama kucingnya adalah Bob? Bob tak memakai tanda pengenal, kan? Dan apa maksudnya dengan kucing big issue? Itu semua, Anda (para pembaca) akan mengetahuinya setelah melumat semua isi novel ini, yang ternyata kisah persahabatan mereka juga terkenal di dunia maya.

Memoar yang dengan segera mencuri hati pembaca. Selain kisah persahabatan yang sangat menggugah, buku ini juga menawarkan wawasan mendalam mengenai kerasnya kehidupan jalanan yang terkadang membuat frustrasi tetapi tetap memperlihatkan sisi cerah kehidupan.

Judul : A Street Cat Named Bob
Diterjemahkan dari : A Street Cat Named Bob
ISBN : 978-979-024-393-4
Karya : James Bowen dan Garry Jenkins
Penerjemah : Istiani Prajoko
Diterbitkan : PT Serambi Ilmu Semesta Cetakan I : Oktober 2012
Tebal : 320 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13 x 20,5 cm
Kategori : Novel

Bandung, 8 Maret 2013
Suro Prapanca
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu Maret 2013

Resensi Buku - The Tsunami Effect

Ruang-Inspirasi Temukan Potensi 

Mengapa kalau ingin asin, menggunakan garam? Bila ingin pedas, memakai cabai? Barangkali Anda akan menyadari, betapa mudahnya memasak apa pun setelah memahami setiap kodrat bumbu-bumbu masakan tersebut. Sungguh, sangat mudah dan memudahkan, bukan? “Inilah yang disebut dengan kodrat, sifat asli atau bawaan sejak lahir. Sesuatu yang telah Allah tetapkan kepada setiap makhluk,” ujar sang guru menjawab pertanyaannya yang sengaja diajukan ke sang penulis. “Sekarang, bayangkan kalau kamu sudah menyadari kodratmu, bagaimana rasanya? Beliau jeda sejenak, lalu melanjutkan, “Apakah saat ini kamu sudah menyadari kodratmu?”

Itulah pengalaman batin sang penulis (Rahmadsyah) buku The Tsunami Effect: Bagaimana Membangkitkan Potensi yang Terpendam Menjadi Sebuah Kekuatan Besar. Pertanyaan sang guru yang diajukan ke sang penulis buku di atas, sampai-sampai membuatnya terus merenung dan bermeditasi. Apa sebenarnya anugerah (potensi) yang telah Allah titipkan ke dalam dirinya? Barangkali Anda, sidang pembaca, juga memiliki tanda tanya besar seperti halnya yang pernah dialami sang penulis. Sebelum akhirnya, Rahmadsyah bisa menemukan jawaban tersebut, yang kemudian dituangkannya dalam buku berukuran kecil yang bertebal 248 halaman ini.

Atas dasar alasan pencarian potensi diri itulah, penulis mengajak pembaca untuk menyelesaikan membaca The Tsunami Effect ini dengan seksama. Kunyahlah bab demi bab seperti menikmati makanan kesukaan. Dan, hayatilah secara mendalam, maka Anda akan menyadari betapa pentingnya mengenali potensi diri.

Melalui buku yang diterbitkan Penerbit Salamadani ini, Anda juga akan menemukan langkah-langkah praktis dan sederhana cara membangkitkan dan mengoptimalkan potensi Anda. Walaupun kiat yang disampaikan adalah pengalaman pribadi penulis yang belum tentu cocok untuk Anda. Namun, cocok atau tidaknya belum bisa diketahui sebelum Anda mempraktikkannya, bukan?

Selain itu, disampaikan pula manfaat-manfaat yang dirasakan penulis setelah dapat membangkitkan dan mengoptimalkan potensi dirinya. Bahkan, di tiap akhir bab, penulis menyisipkan rubrik (Rubrik Ruang Inspirasi) yang menceritakan kisah orang-orang yang memanfaatkan seluruh potensi dalam diri mereka. Tentu saja, siapa tahu kisah hidup mereka menjadi motivasi dan inspirasi untuk Anda.

Rahmadsyah benar-benar menulis berdasarkan hal-hal yang dialaminya, terutama setelah mengalami peristiwa Tsunami Aceh 2004. Apa yang ditulisnya dalam buka ini bukan cuma enak untuk dibaca, tetapi juga membangkitkan semangat hidup. Semuanya telah dibuktikannya lewat kehidupan yang telah dia jalani. Buku ini seperti telah menjadi bukti sekaligus catatan pengalamannya dalam mencari jati diri dan potensi dirinya. Sekarang, kembali kepada diri Anda sendiri, sudahkah menemukan potensi diri Anda yang sebenarnya? Buku ini akan membantu Anda menemukan jawabannya.

Judul : The Tsunami Effect: Bagaimana Membangkitkan Potensi yang Terpendam
Penulis : Rahmadsyah
Penerbit : Penerbit Salamadani, PT Grafindo Media Pratama
Cetakan : September 2012
Halaman : 248 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 12 x 19 cm
Kategori : Mind Therapy

Bandung, 15 Maret 2013
Suro Prapanca


Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 17 Maret 2013

Sabtu, 02 Maret 2013

Resensi Buku - GAYAGAY

GAYAGAY, Investigasi Jurnalistik dalam Fiksi

Berbicara tentang gay memang kontroversial, apalagi di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Kata gay bermula di Inggris pada Abad Ke-12 dari bahasa Prancis gai. Arti sesungguhnya dari kata ini adalah sukacita, kebebasan, bersinar, dan bergairah. Gay sepertinya telah menjadi sebuah gaya hidup dan mulai diterima di masyarakat Barat, sampai-sampai ada negara yang mengesahkan adanya pernikahan sesama jenis ini.

Ternyata, kisah ini juga terjadi jauh sebelum Abad Ke-12, bahkan tertuang dalam Alkitab dan Alquran yang menerangkan bahwa homoseksualitas adalah tindakan yang tidak alami dan diembuskan oleh godaan setan yang menyesatkan penduduk Kota Sodom/Kaum Nabi Luth.


Jadi, novel GAYAGAY, sebuah novel yang kontroversial, mengangkat kisah kehidupan para gay, lesbian, biseksual, serta transgender yang di samping tabu bagi masyarakat yang beragama, juga dalam Alkitab dan Alquran dihukumi sebagai perbuatan yang keji dan dosa besar: "Mengapa kalian melakukan perbuatan keji yang belum (pernah) dilakukan oleh orang sebelum kalian? Karena kalian "mendekati" (menyalurkan nafsu syahwat) kepada lelaki daripada kepada perempuan: kamu sekalian adalah orang yang telah melampaui batas".

Novel dengan tebal 312 halaman ini berangkat dari investigasi jurnalistik mendalam sang penulis, yang notabene separuh hidupnya didedikasikan sebagai wartawan. Sehingga, walau cerita yang dikisahkan novel ini kontroversial, tapi ini nyata adanya, yang bisa saja menimpa dan dialami orang-orang yang kita kenal dan kita sayangi di sekitar kita.

Novel ini bercerita tentang kehidupan pasangan gay kelas atas di Jakarta. Tersebutlah tokoh Michael, seorang desainer busana ternama, yang punya pasangan sejenis bernama Benny. Mereka hidup sebagai pasangan asmara juga sebagai rekan kerja, atasan dan bawahan.

Bermula dari perseteruan antara Michael dan mantan pacarnya sesama jenis, Sandro. Dulunya mereka adalah kekasih, namun sekarang jadi rival bisnisnya yang menjadi ancaman karier Michael sebagai perancang busana.

Di sisi lain, Jay (tokoh utama) --seorang wartawan mode yang juga teman dekat Benny-- tidak mengetahui kalau Benny adalah seorang gay. Bahkan, Jay mengiyakan saja sewaktu Benny melamar adiknya, Dinar, untuk dijadikan istri. Inilah awal kisah yang tidak bisa diprediksi (unpredictable) berkembang.

Bab demi bab atau kisah demi kisah dalam novel ini saling berkaitan. Tokoh-tokoh dalam novel ini ikut berpengaruh terhadap apa yang menimpa dan mengubah jalan hidup Michael, Sandro, Benny, Dinar, Maya (tetangga dan sahabat Dinar), Arti (seorang model cantik yang terkenal), juga sang tokoh utama Jay yang akhirnya menyimpan tanda tanya besar: “Kenapa semua ini menimpaku?”

Cerita ini memang oleh Dann Julian, sang penulis, dibuat menjadi banyak kejutan, membuat perasaan pembaca naik-turun. Karena cerita ini diangkat dari investigasi, membuat tokoh-tokoh dalam novel ini menjadi terasa ada. Namun sekali lagi disajikan dengan bahasa halus dan tidak vulgar.

Pembaca seperti terbawa arus cerita semacam acara reality show yang ada pada televisi, membuat para pembacanya bertanya-tanya, apa kisah ini benar apa tidak? Sebuah fiksi yang panjang, penuh kisah ulah manusia, yang kemungkinan terjadi di sekeliling kita, di hadapan kita, di mana saja. Selanjutnya, bagaimana kisah akhir para tokoh-tokoh di atas, misalnya saja Jay dan Arti? Sebuah novel sosial yang oke. Bagi penggemar novel, sayang kalau melewatkan membaca satu per satu cerita hidup sang tokoh yang ada dalam novel ini.

Membaca novel ini sampai tuntas. Seolah mendapatkan pesan yang sangat sederhana dan umum yang sepertinya ingin penulis sampaikan: “Sesuatu yang melanggar norma ada hukumannya tersendiri. Dan itu tidak cuma terjadi atas kaum gay, tapi bisa terjadi kepada siapa saja. Kalau pun di novel ini terjadi pada kaum gay, itu karena konsekuensi setting yang penulis pilih.”

Judul : GAYAGAY
Kontroversi Dunia Gay, Investigasi Jurnalistik Mendalam
Penulis : Dann Julian
Diterbitkan : Penerbit PT Pustaka Sinar Harapan
Cetakan I : 2011
Jumlah Halaman : 312 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 11 x 18 cm
ISBN : 979-416-947-1
Kategori : Novel

Bandung, 28 Februari 2013
Suro Prapanca

Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 3 Maret 2013

Resensi Buku - PANCASILA

Pancasila, Falsafah Hidup Antiterorisme

Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, pada tanggal 11 September 2001 yang dikenal sebagai September Kelabu, memakan 3.000 korban. Kejadian ini benar-benar memengaruhi kebijakan politik seluruh negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi terorisme sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah mempersatukan dunia melawan terorisme. Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya Tragedi Bali, tanggal 12 Oktober 2002, yang merupakan tindakan teror dan menimbulkan korban sipil besar, menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang.


Terorisme kian jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat tindakan, pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, target-target, serta metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi. Sehingga, semakin jelas bahwa teror bukan merupakan bentuk kejahatan kekerasan destruktif biasa, melainkan sudah merupakan kejahatan atas perdamaian dan keamanan umat manusia (crimes against peace and security of mankind) serta tergolong kejahatan terhadap hati nurani (crimes against conscience).

Buku karya Prof Dr H Mohammad Baharun SH MA —yang juga seorang Rektor Universitas Nasional Pasim, Bandung, Jawa Barat— ini mengupas secara konseptual korelasi implementasi nilai-nilai Pancasila dan pemberantasan terorisme. Dia menerangkan dalam buku yang diberi judul “Implementasi Nilai-Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Pancasila guna Menanggulangi Kekerasan”, terorisme yang paling mengancam Indonesia saat ini adalah terorisme yang terinspirasi oleh unsur keagamaan yang radikal dan separatisme. Juga sentimen kedaerahan serta suku bangsa dan budaya yang memang telah menjadi susunan dan bangunan yang melandasi dan membentuk bangunan besar, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga apabila ini tidak dapat dipersatukan dalam falsafah hidup dan ideologi berbangsa dan bernegara, gerakan terorisme ini akan berkembang dan muncul sehingga pada akhirnya akan meruntuhkan bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dicita-citakan para founding father bangsa Indonesia.

Buku dengan tebal halaman 140 halaman ini juga menyampaikan bagaimana sejarah telah membuktikan, berdasarkan pengalaman perjalanan bangsa selama ini telah membuktikan bahwa Pancasila dengan segenap nilai-nilai dasar dan instrumentalnya cocok dengan karakteristik bangsa Indonesia yang amat pluralistik. Untuk itu, guna memperkuat ketahanan nasional dalam rangka mempertahankan keutuhan NKRI, internalisasi dan nilai-nilai Pancasila harus diimplementasikan dalam pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh masyarakat Indonesia sehingga terwujud bangsa Indonesia yang bermoral, berbudi pekerti, berbudaya, beretika.

Dengan membaca buku ini, pembaca diajak kembali menetapkan keyakinan bahwa nilai-nilai religius pada dasarnya dapat dijadikan sebagai faktor utama dalam mengimplementasikan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti dalam demokrasi, HAM, lingkungan hidup, gender, dan sebagainya. Karena, telah terbukti agama sebagai sistem nilai telah memberikan kontribusi besar dalam membangun moralitas bangsa guna menanggulangi terorisme dalam rangka ketahanan nasional.

Buku ini akan terus mengingatkan bahwa berbagai prahara yang menerjang bangunan besar NKRI ini merupakan dampak dari tidak terinternalisasikannya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Tentu saja bila semua warga negara Indonesia abai pada pemahaman tentang Pancasila!

Judul : Implementasi Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa PANCASILA
Guna Menanggulangi Kekerasan
ISBN : 978-979-3766-16-4
Penulis : Prof Dr H Mohammad Baharun, SH, MA
Penerbit : Pustaka Bayan Malang
Cetakan : Desember 2012
Tebal : 140 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 15 x 21 cm
Kategori : Sosiologi/Pancasila

Bandung, 14 Februari 2013

Suro Prapanca

Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 24 Februari 2013

Resensi Buku - Alazhi, Perawan Xinjiang

Alazhi, Tragedi Kehidupan Saudara Muslim Uyghur

Rasa ingin tahun penulis novel, Nuthayla Anwar Shihab, akan kehidupan Muslimin Uyghur di Xinjiang, Cina, selalu mengusik hatinya. Bagaimana rasanya menjadi sekelompok manusia yang “berbeda” di tengah negara raksasa yang selalu memagari dirinya dengan tirai bambu? Mungkin juga mengusik hati saudara Muslim di penjuru dunia, tak terkecuali negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia?

Novel dengan judul Alazhi Perawan Xinjiang: Perjalanan Cinta Gadis Muslim Uyghur ini, pasti akan memenuhi sedikit keingintahuan itu. Sang penulis novel, Nuthayla, sampai harus meluangkan waktunya berkunjung ke negeri Cina. Untuk sebuah tekad, mencari jawaban semua itu. Dan, takdir mempertemukannya dengan sang tokoh dalam novel ini, Alazhi binti Musha. Sungguh, dia berhasil mengorek cerita tentang kehidupan Muslim di Provinsi Xinjiang, Cina, itu. Kisah yang sanggup menjungkirbalikkan perasaan.


Penulisan yang didahului dengan riset dari sumber-sumber tertulis itu, mengajak pembaca novel dengan ketebalan 440 halaman ini seolah bisa merasakan langsung kepedihan di bumi Kashgar, Provinsi Xinjiang, Cina. Derita dan trauma umat Muslim di sana, serta kepiluan keluarga Alazhi (yang menjadi tokoh utama dalam novel ini) sungguh benar adanya.

Sebagai minoritas di sebuah negara raksasa, suku Muslim Uyghur hidup dalam bayang-bayang teror yang dilakukan Pemerintah Cina. Alazhi, putri Damullah Musha, pemuka agama di Kashgar, Xinjiang, sejak kecil melihat betapa tak adilnya kehidupan yang dialami sukunya. Tekanan dari pemerintah membuat umat Uyghur apalagi yang perempuan tak bisa berkiprah bebas.

Ingin berkiprah lebih bebas, Alazhi menolak lamaran Mammet Hassan dan lari ke Guang Zhou. Dia menentang perintah sang Ayah yang tak mengizinkan putrinya bekerja di kota lain, mengabaikan kesedihan ibunya. Pilihan Alazhi menimbulkan dendam di hati Yasen, sang adik bungsu yang terpaksa mengorbankan masa depannya demi menjaga orang tua mereka.

Karier dan gemerlap Guang Zhou ternyata tak memuaskan hati Alazhi. Meski kini dia menjelma sebagai gadis modern, jiwanya sebagai gadis Muslim Uyghur tetap tertinggal. Ketika Xinjiang bergolak oleh demonstrasi, Alazhi kian resah, mencemaskan keluarganya. Dia terperangkap antara keinginan untuk kembali bersama keluarganya, atau terus mengejar kariernya. Sanggupkah dia terus menggenggam bara, sementara di kampung, keluarganya tengah bertahan dari pembantaian?

Judul : Alazhi, Perawan Xinjiang: Perjalanan Cinta Gadis Muslim Uyghur
ISBN : 978-602-9225-67-9
Karya : Nuthayla Anwar Shihab
Penyunting : Ary Nilandari
Proofreader : Wiwien Widyawanti
Diterbitkan : Penerbit Qanita, PT Mizan Pustaka
Cetakan I : Desember 2012
Tebal : 440 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13,5 x 20,5 cm
Kategori : Novel

Bandung, 20 Januari 2012
Suro Prapanca 



Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 17 Februari 2013